Menyandang polio tidak menyurutkan semangat Darmanto (48) untuk berkarya. Bapak empat anak ini mengembangkan las dan membuat motor beroda tiga untuk sesama disabilitas.
Usaha pembuatan motor roda tiga dan las tersebut bertempat di Dusun Karangjati, Desa Wringinputih, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang tepatnya di Jalan Sentanu Km 4,5 Nggayu, Wringinputih, Borobudur. Ide pembuatan motor roda tiga tersebut, berawal dari penggunaan sendiri hingga akhirnya banyak yang tertarik.
“Saya beli sepeda motor dari hasil menabung. Kalau nggak salah Yamaha 75, terus saya buat sendiri untuk usaha. Saya jualan bibit tanaman sampai Jogja, Kulon Progo, jualan sayuran, cobek batu,” ujar Darmanto saat ditemui detikJateng, Kamis (12/10/2023).
Lambat laun, lewat getok tular, temannya sesama disabilitas meminta tolong untuk dibuatkan motor beroda tiga. Sejak tahun 2000 hingga sekarang sudah sekitar 90 unit sepeda motor roda tiga yang dibuatnya.
“Saya hanya patok harga Rp 2,5 juta sampai Rp 4 juta, tergantung kemampuan pemesan. (Tergolong murah) Ya sebenarnya, sudah nutup cost pembuatan dan cost bahan baku belanja, bisa menutup operasional nggak ngambil untung banyak-banyak yang penting mereka (difabel) bisa keinginan terpenuhi,” ujarnya.
“Bisa dapat memakai motor roda tiga dan tujuannya bisa menciptakan lapangan pekerjaan, bisa untuk mobilitas teman-teman,” sambungnya.
Produk buatannya ini tak hanya beredar di Magelang saja, tapi juga sudah sempat mengirimkan motor beroda tiga sampai Kalimantan, Sulawesi dan Jambi. Dia mengakui sejauh ini belum memanfaatkan media sosial untuk memasarkan produknya, melainkan mereka mengetahui dari getok tular.
“Saya memang bikinnya sangat sederhana, yang penting kuat, nyaman, aman, bisa membantu memudahkan untuk mendapatkan perekonomian teman-teman,” ujar suami dari Siti Juwariyah (47) ini.

Darmanto mengatakan usaha las Ngudi Rejeki itu dia mulai sejak tahun 2005 silam. Tak hanya motor beroda tiga, Damanto juga melayani pembuatan alat-alat rumah tangga dibantu tiga orang karyawannya.
“Saya tidak hanya usaha bikin motor roda tiga, tapi saya memenuhi segala kebutuhan alat rumah tangga contohnya pintu, pagar, teralis, baja ringan, canopi dan sebagainya. Dari situ saya bisa mengalokasikan dana, contohnya untuk teman-teman misalnya (pesan motor roda tiga) harga Rp 3 juta, bayar tiga kali. Itu saya bisa menutup dananya dari operasional yang lain,” katanya.
Hasil Usaha Bisa Biayai Anak Kuliah
Pernikahan dengan Siti Juwariyah pada tahun 1996 yang juga sesama difabel karena polio dikarunia 4 putra. Muhammad Fajar Dalmawan (26), sudah menikah memiliki satu putra; Muhammad Rifki Arifin (21) mahasiswa semester 8, Pendidikan Olahraga UNY; Muhammad Fadil Febriansyah (14) kelas 3 SMP yang mondok di Berjan Purworejo; dan Anisa Citra Sekar Kinasih, kelas 4 SD.
“Alhamdulillah, anak saya empat, sudah besar semua. Alhamdulillah, layaknya bisa sekolah sampai SLTA bahkan yang ini (nomor dua) S1 UNY. Anak saya jangan seperti saya, dia punya hak untuk mencapai cita-cita, saya punya kewajiban untuk mendorong mereka sesuai yang diinginkan,” tutur pria yang terkena polio saat berusia 3,5 tahun ini.
Meski memiliki keterbatasan, Darmanto punya prinsip tak mau menggantungkan hidup kepada orang lain. Sekalipun lulusan kejar Paket B, dia tetap semangat untuk bekerja.
“Kalau saya, visinya nggak mau menggantungkan hidup dengan orang lain. Saya harus bisa menghidupi saya sendiri dan harus bertanggung jawab dengan hidup saya,” ujarnya.
Hasil Usaha Bisa Biayai Anak Kuliah
Pernikahan dengan Siti Juwariyah pada tahun 1996 yang juga sesama difabel karena polio dikarunia 4 putra. Muhammad Fajar Dalmawan (26), sudah menikah memiliki satu putra; Muhammad Rifki Arifin (21) mahasiswa semester 8, Pendidikan Olahraga UNY; Muhammad Fadil Febriansyah (14) kelas 3 SMP yang mondok di Berjan Purworejo; dan Anisa Citra Sekar Kinasih, kelas 4 SD.
“Alhamdulillah, anak saya empat, sudah besar semua. Alhamdulillah, layaknya bisa sekolah sampai SLTA bahkan yang ini (nomor dua) S1 UNY. Anak saya jangan seperti saya, dia punya hak untuk mencapai cita-cita, saya punya kewajiban untuk mendorong mereka sesuai yang diinginkan,” tutur pria yang terkena polio saat berusia 3,5 tahun ini.
Meski memiliki keterbatasan, Darmanto punya prinsip tak mau menggantungkan hidup kepada orang lain. Sekalipun lulusan kejar Paket B, dia tetap semangat untuk bekerja.
“Kalau saya, visinya nggak mau menggantungkan hidup dengan orang lain. Saya harus bisa menghidupi saya sendiri dan harus bertanggung jawab dengan hidup saya,” ujarnya.
Source: Detik.com